bahian ke-3

‘’Ti, bangunan nak, ada yang mencarimu!’’. Aku terbangun mendengar suara ibu yang mengejutkanku. Mataku menerawang, kulihat dihadapanku sosok wajah yang innocent, yang pernah kukenal, ASMA itu kau…?
‘’benar Ti, jawabnya dengan pancaran senyuman yang manis! Tiba-tiba suasana saat ini terdiam tanpa keluar satu kata patah dari kami berdua. Kupandang wajah Asma, seperti ia mengetahui kalau aku orang yang ketergantungan obat, mungkin karena kondisi fisikku yang menunjukkan sikap aneh pada diriku.
Kemudian tanganku yang kaku, tubuhku yang terasa ringan dipeluk olehnya, ia merangkulku dengan erat, seakan-akan aku ini saudara kandungnya. (tanpa kusadari butiran-butiran bening keluar dari kedeua mataku).
‘’kenapa kau begitu baik padaku?’’ What are you present for me?...
‘’Benar Ti, orang sepertimulah yang aku cari-cari, orang yang akan kuajak ke jalan jihad’’. ‘’jadi kamu tahu kalau aku….
Ah, sudalah ti, yang lalu biarlah berlalu, yang terpenting saat ini kamu harus punya semangat untuk lebih maju, untuk melawan semua tantangan yang kerapkali kau lakukan..
Teruslah berusaha untuk merubahnya. Bukankah Alloh akan merubah nasib seseorang apabila manusia itu sendiri yang berusaha untuk merubahnya. ‘’ ingat ti, jalan kita masih panjang masih punya masa depan. Masih ada harapan, jangan kau sia-siakan waktu mudamu sebelum masuk waktu tuamu. (mataku mulai berkaca-kaca setelah mendengar sedikit banyaknya nasihat asma kepadaku) kehadiran Asma membuat semangatku bangkit, dan membuang jauh-jauh kenangan pahit yang pernah aku rasakan. ‘’ terima kasih teman ‘’ kami saling mencurahkan rasa kasih saying. Mungkin Alloh mentakdirkan Asma sebagi sahabat untukku.
Entah apa yang terlintas dalam benakku. Mungkin seta-setan beserta perangkatnya yang biasa mangkal di kepalaku dan kerap mengindoktriknasi otakku, sehingga begitu mendengar Nasehat darinya, serta merta semangat jihadku bangkit, semangat menggebu-gebu, bergumpal-gumpal itu terpatri di kalbu. Setelah Asma menyampaikan nasihatnya jiwa untuk memerangi  segala bentuk tantangan, ancaman, gangguan, dan hambatan, termasuk keterlenaanku selama ini dalam buaian setan.
 ‘’Ti, ada kabar baik buatmu,’’ suara ibu yang baru dating dari pintu masuk. Mataku terbelalak, kabar apa yang hendak ibu ceritakan? Ayah dating yah bu?’’ ibu yang tengah berjalan menggelengkan kepala, ‘’atau ada teman Hesti yang dating?’’ ibu menggeleng lagi.
‘’kamu sudah bisa pulang ke rumah hari ini.’’aku begitu gembira saat ,mendengar itu, Asma pun tersenyum bahagia, ia sesekali menunjukkan mimic wajah yang manis terhadapku.’’ Jadi Hesti bisa pulang sekarang?’’. Kejarku..’’nanti ayah jemput,’’ kamu mesti beres-beres.’’

-----oooo-----


Comments

Popular posts from this blog

Etika dalam Menggunakan Media (ICT)

Kalangan atau pasar Tradisonal khas Sumsel