bagian ke-2 cerpen Obat terlarang

Matahari terbenam, suasana sunyi senyap malam yang begitu dingin kurasakan dengan penuh kesedihan ingatanku pun selalu saja tertuju pada peristiwa kemarin Ibu tertidur pulas di sebuah kursi setelah sekian lama ia mengurusiku, ‘’bu maafin Hesti yah’’, suara rintih yang keluar dari mulutku.
Sejuknya angin malam diiringi rintik hujan gerimis membasahi rumput-rumput yang tadinya bergoyang kini membisu dan terdiam tersiram tetesan hujan yangjatuh ke bumi. Kukenakan selimut tebal mengurangi rasa dinginku, kupandangi awan mendung berwarna gelap segelapnya hatiku saat ini. Kucoba untuk tenangkan diri kulamunkan khayalan-khayalan yang indah, kukenang cerita demi cerita yang pernah membuat jiwaku terlenan didalamnya.
Sesaat aku mengingat kejadian kemarrrin, minggu yang cerah, sepulang dari tempat hiburan itu, aku melihat sesooosok perempuan anggung, sederhana dan punya charisma, mereka sangat banyak, mereka kelihatan sangat bersahaja dengan jilbab yang mereka kenakan. Pandangan itu membuat diriku malu dengan diri sendiri yang jauh beda dengan kepribadian mereka, ‘’ aku hyang tomboy, aku yang nakal, aku yang urak-urakan, aku yang serba negative,’’ pikirku dalam hati.
Mereka semakin dekat denganku, akupun berusaha menghindar dari pandangan mereka, aku berjalan tanpa melihat wajah-wajah mereka, aku pergi begitu saja tanpa memperdulikan siapa sebenarnya rombongan ninja yang baru kulihat ‘’ gerutuku dalam hati.
‘’Assalamualaikum ‘’? sapa seorang perempuan dari salah satu rombongan tersebut.
‘’Wa…alai…kum…salam ‘’. Jawabku dengan tersedak-sedak. ‘’ kenalkan nama ku Asma Nadia, nama kamu siapa ’’? Tanya perempuan itu. ‘’ Aku? Oh…. Aku Hesti ‘’ jawabku.
Kalian siapa ? apa kalian mengenalku?. Why not? Tentu kami mengenalmu, lihat saja kita  saling kenalkan?. Kitakan saudara seiman, tentu kita harus saling member salam dan saling mengenal satu sama lain.
Ngomong-ngomong Hesty mau ndak ikut kegiatan kami?
Ehm… kegiatan apa ? Tanyaku ragu… (jangan-jangan aku mau ditipu nih!)
‘’oh … kami lagi buka satu organisasi Anti Narkoba yang ketuanya saya sendiri. ‘’ apa kamu keberatan untuk ikut andil didalamnya? Kebetulan kami kurang satu anggota dari 10 orang peserta.
Ehm … gimana yach, (waduh, gawat nih, mereka ANTI NARKOBA berarti anti Hesty juga dong!)
Kenapa Ti, keberatan yah? Ndak apa-apa, yang penting pikirkan lagi dah!’’ pemaksaan nih.. yee…!!! Ucap salah seorang dari mereka.
Wah, sudah pukul 17.00 nih, aku mesti pulang. Nanti orang tua ku bingung lagi!. Spontan ucapan yang seharusnyatidak aku keluarkan dari mulutku!’’.
Bingun? Kamu tidak bilang yah mau pulang jam berapa? Tanya Asma kaget…
Ti..tidak... aku lupa kok? Jawabku gagu.
Kami bersama-sama pulang dengan tujuan berbeda-beda. Sebuah kertas kecil kutuliskan Alamat dan nomor teleponku kuberikan pada Asma, sepertinya aku mulai akrab dengannya… tapi … Aku takut kalau ia sampai mengetahui kalau sebenarnya aku si pemakai Narkoba.
Perkenalan kami hanya sesaat, tapi kami sudah kelihatan mulai akrab, kenapa aku begitu ingin mengenalnya lebih jauh. Tapi ….. bagaimana kalau Asma mengetahui aku adalah si pemakai, pecandu lagi, aku Hestia pa? bisikku dalam hati. Tidak …. Tidak ini tidak boleh terjadi, aku tidak bisa berhubungan dengan dia, aku tak boleh bertemu dia lagi, mereka tidak sama denganku, mereka dunia lain yang berbeda dengan duniaku yang serba hura-hura.

-------------ooo------------




 To Be Countinue

Comments

Popular posts from this blog

Etika dalam Menggunakan Media (ICT)

Kalangan atau pasar Tradisonal khas Sumsel