Pengembangan Model Pembelajaran Ficture And Ficture Dengan Micromedia Flash Terhadap Aktivitas Belajar Peserta Didik Dalam Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas IX (on Going)



1.1  Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pendidikan di era Globalisasi yang terus meningkat membuat permasalahan pendidikan semakin menigkat pula. Pada zaman globalisasi sekarang ini pendidikan dan pengajaran di Indonesia mengalami perkembangan seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Usaha-usaha peningkatan kualitas pendidikan masih terus dilakukan secara sistematis . pembaharuan dalam pendidikan merupakan suatu upaya sadar yang sengaja dilakukan dengan tujuan memperbaiki praktek pendidikan dengan bersungguh-sungguh (wijaya, 1988:33).
Memasuki abad ke-21 perkembangan globalisasi semakin pesat yang ditandai mulai tidak adanya sekat-sekat yang memisahkan diantara Negara-negara di dunia. Hal tersebut tidak lepas dari pekembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang kian melesat. Globalisasi melahirkan kompetisi yang terbuka dengan Negara-negara di dunia, yang mengharuskan setiap orang untuk siap berpacu dan bersaing dalam menyikapi perubahan yang bergitu cepat dan beragam secara global. Demi menjadi Negara yang mampu bersaing dengan Negara-negara maju di dunia dibutuhkan sumberdaya manusia yang berkualitas, baik jasmaniah maupun rohaniah. Pengembangan sumber daya manusia yang ideal tersebut dapat diupayakan melalui pendidikan.  Seiring perkembangan teknologi manusia dipaksa untuk mengimbangi kecanggihan teknologi yang di ciptakan. Sehingga program  pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah justru mengekang para siswa dalam belajar. Siswa dituntut untuk belajar keras sehingga tidak ada lagi kegiatan yang bisa mengeksplorasikan bakat siswa.
Pendidikan hanya dilaksanakan hanya untuk menciptakan para manusia-manusia yang bisa mengimbangi teknologi canggih, dengan kata lain pendidikan hanya terpaku pada tingkat pengetahuan/kognitifnya saja dan mengesampingkan pada sikap prilaku/afektif dan psikomotorik siswa. Sehingga siswa cenderung memiliki karakter yang kurang sopan walaupun koqnitifnya bagus.
Hal ini membuat pendidikan yang dijalankan melenceng dari tujuan pendidikan yang diharapkan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti Luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan Jasmani dan Rohani, kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (Muhamad Tuwah dan Solehun, 2012: 18)
Pendidikan yang seharusnya merupakan wahana sentral dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di era global. Untuk  itu perlu dibuka kesempatan seluas-luasnya bagi setiap insan untuk mengembangkan potensi intelektual dan nilai-nilai yang mencerminkan jati diri bangsa melalui jalur pendidikan. Kebijakan pendidikan harus diupayakan dalam mengembangkan sosok manusia prima yang diidamkan selama ini. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, pemerintah sudah mengambil berbagai kebijakan dalam bidang pendidikan, namun hasilnya belum sesuai dengan harapan kita semua. (http://gede-upadana.blogspot.com/2012/04/problematika-pendidikan-di-era-global.html, Selasa, 10 April 2012)
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari jumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Untuk Indonesia, pendidikan diharapkan mengusahakan (1) pembentukan manusia Pancasila sebagai pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri, dan (2) pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa, dan negera Indonesia. (Undang-undang, 1992:24). Landasan-landasan pendidikan tersebut akan memberikan pijakan kearah terhadap pembentukan manusia Indonesia, dan serentak dengan itu, mendukung perkembangan masyarakat, bangsa dan negara. Beberapa di antara landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa depan. (Umar Tirtahardja dan La Sula 1995:81)
Terlepas dari semua hal tersebut nyatanya pendidikan di indonesia dengan tingkat siswa yang berpariasi masih saja sering terjadi kurangnya minat belajar siswa terhadap mata pelajar tertentu. Walaupun pemerintah sudah berusaha membuat metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa serta pemerintah juga sudah menyusun Kurikulum pendidikan yang sesuia untuk para sisiwa. Namun, nyatanya masih saja terjadi kurangnya minat siswa dalam belajar. Disini peneliti melakuakan penelitian terhadap tingkat minat siswa belajar dalam mata pelajaran Sejarah di SMA. Baru-baru ini pemerintah mencanangkan penerapan Kurikulum 2013 di Indonesia yang akan di realisasikan secara serentak pada tahun ajaran 2015. Dengan harapan dieterapkannya kurikulum 2013 tersebut akan bisa merubah paradigma siswa dalam belajar dan merubah pandangan bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan bukan suatu kewajiban.
Dengan program penerapan kurikulum 2013 ini diharapkan juga siswa-siswa dapat belajar dengan minat yang luar biasa di semua mata pelajaran terkhusus mata pelajaran Sejarah untuk siswa SMA. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengkaji hal tersebut. Oleh karena itu, penulis mengambil judul Pengembangan Model Pembelajaran Ficture And Ficture Dengan Micromedia Flash Terhadap Aktivitas Belajar Peserta Didik Dalam Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas IX

Comments

Popular posts from this blog

Etika dalam Menggunakan Media (ICT)

politik inggris di malaysia