Bagian ke - 4
“ alhamdulilah,ternyata allah
masih menyayangiku, masih diberi kesempatan untuk hidup. Thank you allah? Sudah
satu minggu aku berada dalam suasana rumah yang cerah. Minggu pagi seperti ini,
udara segar langit cerah biasa aku isi dengan beres-beresrumah,menyapu,mengepel,menyiram
tanaman, dan kuteruskan dengan jalan-jalan ( ah…kegiatan rutin ini akan aku
hilangkan, aku jalan-jalan untuk cari teman-teman sepergaulanku yang hanya
menjerumuskanku ) sesaat aku ingat nasihat asma terhadapku. Aku harus
menghentikannya!
Baru saja selesai mandi, tanpa
kuduga asma dating. Wah…tingkahnya begitu ceria meriah.
“assalamualaikum”? ucap asma dari
kejauhan.
“waalikumsallam”! hei,asma kenapa
berdiri saja, mari masuk”. Ajakku begitu aku keluar rumah.
Kali ini asma mengenakan jilbab
berwarna merah. Aku sangat tertarik dengan pakaiannya yang serba longgar. Mataku
tercengang melihat wajah manisnya yang punya charisma.
“asma,aku menyukai jilbab mu? “asma
yang tengah duduk tertawa menggeleng. “hesti mau pakai jilbab”? aku menghela
napas kuat-kuat. (mana mungkin orang sepertiku mesti nutup organ tubuhku).
“kenapa, ti kamu nggak mau yah?
“bukan nggak mau. Tapi belum siap!”
“belum siap apanya? Apa sih
susahnya?
“asma! Masalahnya aku belum siap
mental. ”matanya membelak. “kalau masalahnya mental, mental yang bagaimana, ti?”
ucapnya. “pakai jilbab itu harus siap untuk selamanya. Tidak boleh sehari
pakai, sehari lepas.”
“jadi hesti belum siap untuk itu?”
“bukan hanya itu saja. Kita harus
mampu membawa jilbab itu kemana saja, kesetiap sisi kehidupan!” begini asma,
jilbab bagi sebagian orang adalah cerminan si pemakainya untuk itu orang yang
memakai jilbab harus mampu membawa dan menjaga persepsi orang tentang jilbab
itu”. Tambahku .
“terus bagaimana pendapatmu bila
melihat orang berjilbab ke diskotik, kemudian berdisko ria?”
“yah tentu itu tidak sesuai
dengan semangat dan jiwa jilbab itu sendiri”. Semangat jilbab itu adalah
semangat islami. Pemakai jilbab harus hidup islami dan menjaga semangat dan
jiwa jilbab seperti katamu tadi.” Jelas asma.
Ah, kok njelimet amat sih!” asma
tersenyum menang kalau itu alasannya, mengapa itu bisa terjadi? Mengapa kamu
menyerah pada persepsi kamu tentang jilbab yang kamu buat sendiri.” Tambah asma
dengan gaya diktatornya.
“ kamu bisa tahu jawabannya
nanti. Dan yang menjawabnya bukan aku. Tapi waktu, pengalaman, dan kedewasaanku
dalam berpikir.
Malam semakin larut,
aku mulai berpikir tentang perdebatan kami tadi siang. Aku jadi sadar, mestinya
aku pakai jilbab dulu baru kampanye. Ah, aku terjebak. Aku malu ngomong panjang
lebar tapi tidak nyata.malu…
Tekadku sudah bulat
untuk kembali ke jalan allah. Mengikuti kewajibannya untuk menutup semua
tubuhku kecuali mukaku yang manis dan telapak tangan. Bahkan aku tidak hanya
memfanatikkan ruh-ruh keislaman yang akhir-akhir ini bersinar redup dalam
hatiku,tetapi aku sudah mulai mempropagandakan gerakan anti setan.
Kalau pak karno berani bilang “ Indonesia
merdeka sekarang! Lalu kenapa aku nggak bisa teriak :“ aku pakai jilbab
sekarang “ biar tambah serem harusnya ditambah :” apapun yang terjadi dan
apapun yang menghalangi!”. Semangat jihad makin berkobar, panas, mendidih
Entah kenapa semenjak
kehadiran asma dihadapanku aku berubah 1800. Apakah ini yang
dinamakan HIDAYAH.
Comments
Post a Comment